Minggu, 01 Mei 2011

Wanita tidak hanya bikin sambel di dapur!

Kamis, 23 Desember 2010
Wanita tidak hanya bikin sambel di dapur!



Selamat pagi�! wilujeng enjing�! Sapa Ny.Hj. Dr. Srihadi Zarkasyi, saat mengawali sambutannya pada peringatan Hari Ibu dan HUT Dharma Wanita di lingkungan Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat di Aula Lt. IV, Rabu (22/12).
�Hari ini, kita punya dua event penting, yakni hari ibu dan HUT Dharma Wanita. Kita harus menyelenggarakannya dengan semeriah mungkin dengan biaya seminimal mungkin dalam rangka efisiensi.� Sebut Ketua Dharma Wanita Persatuan Unit Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat ini..
Menurutnya, wanita harus punya kesempatan yang sama untuk memperoleh pendidikan formal sehingga tidak hanya bikin sambel di dapur!. Secara alamiah dan naluriah, wanita merupakan guru bagi putra-putrinya. Dari semenjak lahir, ibunyalah yang mengajarkan berbagai kemampuan bagi sang anak.
Selain itu, wanita juga memiliki peran serta membesarkan generasi penerus bangsa. Peran strategis wanita adalah sebagai agent of development, artinya, jika pendidikan wanitanya bagus apa yang akan terjadi, dan jika pendidikan wanitanya buruk dan terbelakang apa yang akan terjadi pada pembangunan bangsa ini, khususnya pembangunan bidang pendidikan generasi mudanya.
�Reposisi wanita sebagai ibu dan pendidik� adalah thema yang diambil pada peringatan Hari Ibu ke-82 tahun 2010 ini, sedangkan HUT Dharma Wanita ke-11 mengambil thema �kita tingkatkan potensi dan kreativitas.�
Melalui thema tersebut, istri Kadisdik Jawa Barat yang sehari-harinya mengajar di departemen akuntansi fakultas ekonomi Universitas Padjadjaran Bandung ini mengungkapkan bahwa peranan wanita sebagai ibu sekaligus pendidik dapat lebih diwujudkan dan dirasakan secara aplikatif. Pengaruh globalisasi dengan dunia yang tanpa batas saat ini, harus disikapi dan dicermati oleh ibu-ibu dengan senantiasa mengawasi dan mengontrol anak-anaknya.
Sejarah panjang pendidikan kaum wanita Indonesia berawal tahun 1919 yang dipelopori oleh RA. Kartini  dengan mendirikan sekolah yang khusus mengangkat pendidikan wanita. Pada 22 Desember 1928 diselenggarakan kongres wanita yang kemudian ditetapkan sebagai hari ibu.
Hingga saat ini, problem wanita yang masih dirasakan adalah masih rendahnya tingkat pendidikan, kesehatan, peran serta dalam masyarakat, serta kesetaraan gender. Menurut data, pada level pendidikan dasar, belum ada kesenjangan kesetaraan gender. Namun semakin tinggi tingkat pendidikan, semakin terdapat disparitas kesetaraan gender. Anak-anak di kota partisipasi melanjutkan sekolah ke sekolah lanjutan lebih tinggi dibandingkan dengan di pedesaan.
Saat ini masih banyak wanita khususya di Indonesia yang menjadi budak belian seperti tenaga kerja wanita Indonesia di luar negeri yang mendapat perlakuan sewenang-wenang, tentunya telah mengecilkan arti seorang wanita. Hal tersebut tidak akan terjadi bila kaum wanita Indonesia telah memiliki pendidikan formal tinggi.

Dibuat Oleh: Lis Hyndrawati. Diberdayakan oleh Blogger.

 
Design by Free Wordpress Themes | Bloggerized by Free Blogger Templates | Walgreens Printable Coupons